Kamis, 31 Mei 2012

Satu Jam Kegelapan untuk Selamatkan Bumi


Jangan kaget jika kotamu gelap mendadak pada tanggal 31 Maret 2012, Pkl.20.30-21.30 waktu setempat. Pasalnya, Earth Hour kembali digelar di Indonesia untuk keempat kalinya. 

Tahun ini, ada 26 kota di Indonesia turut berpartisipasi memadamkan lampu. Miliaran penduduk dunia di ribuan kota lain juga akan secara sukarela melakukan hal yang sama. 

Gerakan secara bersama-sama memadamkan lampu ini berawal di Sydney pada 2007. Adalah WWF-Australia, Fairfax Media, dan agen periklanan Leo Burnett Sydney pertama kali melakukannya. Saat itu, mereka ingin mengurangi gas rumah kaca pemicu pemanasan global di kota Sydney sebesar 5%. 

Mereka lalu mencari aksi sederhana yang bisa dilakukan bersama-sama oleh semua orang dari berbagai kalangan untuk mencegah meluasnya dampak pemanasan global. 

Earth Hour atau gerakan mematikan lampu selama satu jam itu ingin mengingatkan bahwa siapapun kita, apapun latar belakang kita, di manapun kita berada, kita berpotensi untuk melakukan hal yang membantu Bumi. 

Anak-anak, pelajar, politisi, CEO perusahaan, sampai kakek nenek bisa berpartisipasi dalam Earth Hour. Di tahun perdananya, ada 2,2 juta warga Sydney yang berpartisipasi di Earth Hour, memadamkan lampu mereka selama satu jam.

Di tahun kedua penyelenggaraannya, ide ini disambut baik oleh Kanada. Hanya dalam waktu singkat, 35 negara langsung bergabung mendukung Earth Hour. Baru pada tahun ketiga pelaksanaan Earth Hour internasional, Indonesia menyusul, tepatnya pada 2009. 

Saat itu, hanya Jakarta saja yang mengikuti Earth Hour. Biarpun sendirian, Earth Hour di Jakarta telah menghemat 50 Megawatt dari pemadaman lima ikon Ibu Kota.

Pemilihan Jakarta sebagai kota pertama tempat dilakukannya Earth Hour di Indonesia memiliki alasan kuat. Selain statusnya sebagai Ibu Kota, konsumsi listrik warga Jakarta juga tinggi. 

Berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008, total 23% konsumsi listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. Itu untuk skala kota. Jika melakukan perbandingan antar pulau, maka wilayah Jawa-Bali adalah konsumen listrik terbesar di Indonesia. Sebesar 78% konsumsi listrik negara terpusat di kedua pulau ini. 

Sementara pulau-pulau lain belum mendapat akses listrik yang merata, kita yang tinggal di Jawa Bali bisa menikmati listrik sepuasnya, bahkan cenderung boros, dan langsung merengut saat mengalami pemadaman bergilir.

Padahal, kalau 10% warga Jakarta saja melakukan penghematan listrik saat Earth Hour, energi yang dihemat bisa bermanfaat memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan oksigen bagi 534 orang. Itu baru satu jam, apalagi kalau kita berhemat terus menerus?

Banyak orang bertanya, mengapa hanya satu jam? Apakah penghematan satu jam dalam setahun cukup untuk “menebus dosa” pemborosan energi listrik yang kita lakukan bertahun-tahun? Tentu saja tidak. Dan “penebusan dosa” bukan tujuan Earth Hour. 

Momen satu jam ini merupakan pengingat bagi kita semua tentang efek dahsyat upaya bersama menghemat energi. Seperti peribahasa yang kita kenal, “Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.” Hal kecil jika dilakukan bersama-sama akan berdampak besar, seperti mematikan lampu dan alat elektronik lainnya yang tidak terpakai di rumah maupun kantor.

Di luar waktu satu jam pemadaman, justru yang lebih penting adalah menjadikan Earth Hour dan aksi go green lainnya sebagai gaya hidup. Sejalan dengan prinsip tersebut, sejak tahun 2011, ada tanda plus (+) di belakang angka 60 yang menjadi simbol Earth Hour. Ajakannya adalah, setelah 1 jam, jadikan hemat energi sebagai gaya hidup.

Untuk pelaksanaan Earth Hour pada 2012, targetnya hanya 7 kota yang akan jadi peserta. Ternyata, malah ada 26 kota di Indonesia yang akan berpartisipasi. Hebatnya lagi, tidak semua dari 26 kota yang akan ikut serta itu boros energi seperti halnya Jakarta atau Tangerang. 

Alasan mereka sungguh sedap didengar: untuk apa menunggu boros terlebih dulu kalau kita bisa melakukan penghematan sejak sekarang?

“Pelipatgandaan jumlah kota yang berpartisipasi dalam Earth Hour tahun ini adalah salah satu indikator meningkatnya kepedulian publik terhadap isu-isu lingkungan khususnya hemat energi dan gaya hidup hijau. Perkembangan positif ini dimotori oleh para “jawara” komunitas dari kalangan pelajar, mahasiswa, profesional, bisnis, dan pemerintah di kota masing-masing. Semoga momen ini menjadi awal dari semakin banyak aksi yang kita lakukan bagi kelestarian rumah tunggal kita, planet Bumi,” ujar Nyoman Iswarayoga, Direktur Program Iklim & Energi WWF-Indonesia.

Earth Hour telah menjadi kampanye publik. Semua orang bisa ikut serta dalam Earth Hour 2012 dengan memadamkan minimal dua lampu di rumah pada tanggal 31 Maret 2012 mendatang. Info selengkapnya mengenai Earth Hour bisa dibaca di www.wwf.or.id/earthhour.


Comment/My Opinion 

In this article we can see that the importance of saving energy,one earth hour program is hosted by different countries the action of turning off the power only lasts for one hour. earth hour is very useful for reducing the burden of generating the daily, PLN has been working hard to fulfill the electricity demand of the existing Indonesia. I think this movement is much profit despite only lasted one hour, but we've cut costs and reduce electric power for the entire Indonesia. Earth Hour should not be done only once a year we can do it every day or at least minimize the use of electricity like turn off lights, computers or electronic items that are not used. The program also teaches the generation of people to love the earth because if we do not do the energy savings it will extend the impact of global warming



Peraih Nilai Tertinggi UN tingkat SMA/SMK/MA se-Indonesia


Selasa, 29/05/2012 - 07:45
BANDUNG, (PRLM).- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan berjanji akan memberikan dua jenis beasiswa kepada Triawati Octavia yang mendapatkan nilai tertinggi ujian nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA se-Indonesia. Beasiswa itu diberikan untuk memenuhi biaya pendidikannya di universitas dari masuk sampai lulus dan beasiswa untuk memenuhi kebutuhan bulanannya sebagai mahasiswa.
Heryawan menyampaikan hal itu secara langsung kepada Tria saat berkomunikasi melalui skype dan telepon di Gedung Sate, Jl. Diponegoro Kota Bandung, Senin (28/5/12). Komunikasi dilakukan dengan skype dan telepon karena Tria tidak berada di Kota Bandung.
“Ada dua beasiswa reguler yaitu yang semesteran dan yang satu siklus, dari masuk sampai tamat. Dengan yang satu siklus, ia akan menerima beasiswa untuk membayar seluruh beban kuliahnya. Tetapi akan dikasih juga yang per semester untuk membantu kebutuhan bulanannya sampai tamat kuliah,” ujar Heryawan.
Ia menyatakan, beasiswa itu diberikan karena Tria memang anak berprestasi yang patut diberi semangat untuk melanjutkan sekolah. Apalagi, Tria berasal dari keluarga yang tidak terlalu mampu secara ekonomi.
Tria merupakan siswa SMA 2 Kuningan yang mendapatkan nilai UN tertinggi se-Indonesia dengan total 58,60 atau rata-rata 9,77. Ia merupakan anak bungsu dari Syahrul Arifin yang bekerja sebagai pegawai Kecamatan Darma dan Uhintawati yang berprofesi sebagai bidan.
Siswa kelahiran Kuningan, 28 Oktober 1993 itu mendapatkan nilai yang tinggi di seluruh pelajaran yang diujikan di UN. Bahkan, untuk pelajaran Kimia, ia mendapatkan nilai 10. Hasil ujian Bahasa Indonesia mendapatkan nilai 9,8, Bahasa Inggris 9,8, Matematika 9,75, Fisika 9,75, Biologi 9,5.
Heryawan menyatakan, dengan nilai sebaik itu, Tria diharapkan bisa masuk perguruan tinggi yang dituju yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. “Ya, saya berharap dia bisa masuk UI. Dengan nilai seperti itu, siapa tahu dia nanti bisa jadi peneliti handal masa depan,” imbuhnya.
Ditambahkannya, komunikasi yang dilakukannya dengan Tria kemarin adalah spontanitas untuk mendengar kisahnya secara langsung. Dari komunikasi selama kurang lebih lima menit itu, Heryawan menuturkan, ia mendapatkan kesan yang baik.
“Anaknya tampak gembira dan merasa memiliki kebanggaan atas dirinya sendiri,” ujarnya. Untuk mendapatkan nilai itu, Heryawan pn mendapatkan cerita mengenai perjuangan Tria yang tidak menonton televisi, tidak memegang telepon genggam, dan tidak mengakses facebook selama persiapan UN. (A-160/A-108)***


Comment/My opinion
News about high school graduation has just announced on 05.26.2012, announcement made ​​by the school and sent directly to the homes of students. As the students would love it if it passed and get the best score, Tria is one of them is winning the highest score of students at senior high school. In this article Tria will receive scholarships to continue her education to a higher level from Mr. Ahmad Heryawan as the Governor of West Java. But unfortunately not all students fared well as Tria which received support from local government but there are also students other areas they don’t have a much money to contuining their education to college and not have the support of local government. There are bright students but they are from the poor families and lack of attention from the government. For that I expect the government to pay attention to students in order to continue their education at a cost of State,because it's too bad if the students who have achievement in Indonesia is not given equal opportunities to education, because they are the generation of qualified people.


Sabtu, 19 Mei 2012

Puluhan Ribu Manuskrip Kuno Indonesia Ada di Leiden


Liputan6.com, Jakarta: Sedikitnya 26.000 manuskrip kuno Indonesia saat ini berada di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
"Jumlah manuskrip kuno Indonesia di luar negeri memang sangat banyak, angka 26.000 itu belum ditambah dokumen bersejarah lain yang ada di Inggris, Malaysia, dan negara-negara lain," kata Kepala Perpustakaan Nasional RI Sri Sulasih, Senin (14/5).
Jumlah tersebut tergolong sangat banyak. Perpustakaan Nasional RI kini hanya memiliki 10.300 manuskrip kuno. Dengan kata lain, dokumen penting yang kini berada di Leiden 2,5 kali lipat lebih banyak dibanding yang berada di negara asalnya.
"Kami kesulitan untuk mengembalikan manuskrip-manuskrip di luar negeri ke Indonesia karena perpustakaan di luar negeri memperoleh kertas bersejarah tersebut dengan membeli, artinya mereka sudah berinvestasi. Dibutuhkan dana yang sangat besar untuk membeli kembali naskah asli tersebut," katanya.
Menurut Sri, perpustakaan di Leiden hanya memberi Indonesia satu naskah tiruan sedangkan naskah asli tetap di simpan di perpustakaan Belanda.
Kini yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI antara lain adalah terus menggali dan mengumpulkan berbagai dokumen penting bersejarah dari daerah.
"Kami meminta perpustakaan daerah untuk mengumpulkan catatan-catatan bersejarah, bahkan jika perlu membelinya," ujarnya. (ANT/Vin)

sumber : Liputan 6 – Sen, 14 Mei 2012

Comment/My opinion :
In this article we can see the manuscript of Indonesia abroad lot but manuscript itself missing in Indonesia.I think the government should act quickly because the manuscript is a historical relic that should be kept in a museum in Indonesia.Absolutely It’s hard to get the manuscript because the cost isn’t cheap and The country would also not simply hand over the documents are very important especially when they have huge invested. In my opinion manuscripts and historical documents can not be valued with money. therefore the government should seek the best solution to get back the document such as buying all the documents and manuscripts that currently exists in other countries.


Korean Waves Ubah Trend Musik Dunia


Ada yang mencerca, ada pula yang memuja. Kedua sikap tersebut kerap kita temui kala mendengar musik-musik boyband Korea Selatan yang bukan sekedar marak, tetapi juga sudah merasuki telinga para remaja di Indonesia. Perkembangan dan invasi yang luar biasa dari musisi-musisi Asia bagian timur tersebut, dengan berbekal kemampuan menari dan wajah-wajah yang tampan dan cantik, berhasil menghipnotis sebagian besar remaja penggemar musik pop Indonesia.
Benua Asia memang selalu menawarkan trend musik yang kerap berbeda dengan telinga mainstream. Sebelum musik-musik Korea menjadi hype pada saat ini, Jepang telah terlebih dahulu menyajikan warna berbeda dalam karakter musikalitasnya. Warna musik tersebut pada akhirnya menjadi sebuah genretersendiri bernama J-rock, sempat digilai oleh pecinta musik di Indonesia.
Kini, trend musik kembali bergeser. Setelah invasi besar-besaran musik dari Jepang, giliran Korea Selatan mengadakan perubahan di bidang musik. Namun, ada sebuah perbedaan dalam invasi yang diusung oleh Negeri Ginseng tersebut. Bila Jepang membawa transformasi dengan mengusung genre dan dandanan unik, Korea Selatan justru tidak membawa sebuah perubahan yang begitu banyak dalam musik yang mereka bawa.
Gelombang tersebut tampaknya tidak hanya berputar di dalam Korea Selatan saja. Seiring dengan era globalisasi, musisi muda Korea Selatan juga ikut menyerbu pasar musik internasional. Bahkan Amerika yang disebut-sebut sebagai kiblat dari musik mainstream, takluk di bawah kaki para girlband Korea Selatan.

sumber : http://www.infogue.com/viewstory/2012/05/10/korean_waves_ubah_trend_musik_dunia/?url=http://

Comment/My opinion :
Korean Wave in Indonesia now has a considerable influence on the world of Indonesian music is characterized by the increasing number of boyband and girlband formedinstantly.The producers were competing to create a girlband and boyband are oriented at the latest Kpop music. Every day we see the appearance of the girlband and boyband from Indonesia who sangthe song while dancing like kpop stars. Who is not familiar with such boyband and girlband sm * sh cherrybelle, 7 icons and much more, They are the artists who made ​​the latest kpop music as their direction in music. One appeal of the latest kpop music is the physical appearance of the personnel Koreanboyband and girlband identical with slanted eyes and white skin. I think the Korean Wave is no positive and negative for Indonesia.one of its good, we can learn from the Korean music industry how they can create a new trend and can be accepted by the music industry the world without leaving their identity as Korean people.For example they create the songs using the Korean language, but many people enjoy listening their music and easy to remember. Negative side for Indonesia we just as followers, should the State of Indonesia is so diverse cultures,many type of music would be better we can create a new trend that can be accepted also by the music industry the world without having to leave the identity of Indonesia as that of kpop.